Wahh cantik dan adem kesan pertama melihat danau yang hijau pekat ini.
detikTravel Community - Danau Tolire terletak di Ternate, Maluku Utara. Siapa sangka, di balik kecantikannya terdapat legenda misteri dan tradisi unik yang bisa traveler lihat.
Saya dan teman baru saya, Ci Ling-Ling, mengandalkan GPS untuk sampai ke danau ini. Hanya berjarak 10 Km dari kota Ternate, kami sudah sampe dalam waktu sekitar 20 menit melaju santai dengan motor. Mudah ditemukan karena memang hanya ada satu jalur dan terdapat plang nama di pinggir jalan besar.
Setelah memarkirkan motor, kami yang tiba siang hari mulai keroncongan. Kamipun menuju warung yang ada di sekitar danau, sayangnya tidak ada makanan berat yang dijual. Hanya ada mie kemasan saja dan pisang Goroho. Karena penasaran, kami memesan pisang Goroho.
Ternyata pisang Goroho adalah salah satu cemilan khas ternate, terbuat dari pisang muda yang diiris tipis dan disajikan dengan cocolan sambal. Wah unik ya, baru kali ini saya makan pisang dengan sajian begini. Rasanya enak, apalagi memakannya sambil melihat keindahan danau Tolire. Semakin sedap.
Tapi siapa sangka, di balik keindahannya ada kisah tragis yang menjadi legenda bagi masyarakat setempat. Menurut kepercayaan, Danau yang berada tepat di kaki Gunung Gamalama ini terbentuk karena adanya cinta terlarang antara ayah dengan anak gadisnya yang sampai menyebabkan kehamilan. Padahal sang ayah merupakan pemimpin desa yang kala itu bernama Desa Soela Takomi.
Warga yang mengetahui hal tersebut menjadi marah besar dan hendak mengusir mereka. Pada saat itu terjadilah gempa besar yang menyebabkan tanah retak dan muncullah air besar yang menenggelamkan seluruh warga setempat.
Desa inilah yang menjadi Danau Tolire besar, sedangkan sang anak gadis yang sempet melarikan diri tetap tenggelam dan berubah menjadi Danau Tolire Kecil yang berjarak kurang lebih 300 Meter dari Danau Tolire besar yang disebut juga Tolire Gam Jaha yang berarti Lubang Kampung Tenggelam.
Terlepas dari benar tidaknya legenda ini. Masyarakat setempat tetap mempercayainya dan menjadikannya sebagai sarana pembelajaran bagi anak cucu warga setempat. Terutama tentang tidak baiknya hubungan cinta sedarah (inses).
Selesai menikmati pisang Goroho, saya dan ci Ling-Ling pun mengitari Danau Tolire. Traveler perlu berhati-hati terutama saat berjalan di pinggiran danau, karena hanya terdapat jalur setapak dan tidak ada pagar pembatas.
Selagi asyik berfoto dan mengambil video, saya melihat plastik yang berisi sisa satu biji batu kecil. Ya memang ada 'tradisi' unik di sini yaitu 'tradisi' lempar batu ke dalam danau. Katanya batu yang kita lempar dengan sekuat apapun tidak akan pernah menyentuh permukaan danau dan kita tidak akan pernah tahu dimana letak jatuhnya. Katanya karena ada kekuatan gaib yang menahannya.
Penasaran saya pun mencoba melempar batu dengan sekuat tenaga. Memang benar tidak terlihat di mana letak jatuhnya batu tersebut. Namun, saya pribadi merasa hal itu sangat wajar karena memang danau ini sangat luas dan pinggirannya dikelilingi pepohonan tebal. Jadi agak sulit untuk bisa melemparnya ke tengah danau. Kalau pun sampai pasti akan tidak terlihat karena letak permukaan danau yang sangat jauh di bawah.
Namun, tradisi tetaplah tradisi yang harus kita jaga dan hormati. Untuk melakukan tradisi lempar batu ini traveler tidak perlu repot mencari batu, karena di sekitar danau ada banyak anak kecil yang menjual satu plastik berisi batu-batu kecil.
Bagaimana, tertarik bukan melihat keindahan danau yang melegenda ini? Untuk pergi ke sini, akses yang paling mudah adalah naik pesawat. Bandara Sultan Baabulloh di Ternate siap menyambut kedatangan traveler.
Tenang untuk pesan tiket sekarang mudah banget kok. Cukup download aplikasi @tiket.com lalu lakukan pemesanan apapun dan #semuaadatiketnya. Wahh siap dong makan pisang Goroho sambil menikmati keindahan Danau Tolire?
Selengkapnya : Klik Disini
Setelah memarkirkan motor, kami yang tiba siang hari mulai keroncongan. Kamipun menuju warung yang ada di sekitar danau, sayangnya tidak ada makanan berat yang dijual. Hanya ada mie kemasan saja dan pisang Goroho. Karena penasaran, kami memesan pisang Goroho.
Ternyata pisang Goroho adalah salah satu cemilan khas ternate, terbuat dari pisang muda yang diiris tipis dan disajikan dengan cocolan sambal. Wah unik ya, baru kali ini saya makan pisang dengan sajian begini. Rasanya enak, apalagi memakannya sambil melihat keindahan danau Tolire. Semakin sedap.
Tapi siapa sangka, di balik keindahannya ada kisah tragis yang menjadi legenda bagi masyarakat setempat. Menurut kepercayaan, Danau yang berada tepat di kaki Gunung Gamalama ini terbentuk karena adanya cinta terlarang antara ayah dengan anak gadisnya yang sampai menyebabkan kehamilan. Padahal sang ayah merupakan pemimpin desa yang kala itu bernama Desa Soela Takomi.
Warga yang mengetahui hal tersebut menjadi marah besar dan hendak mengusir mereka. Pada saat itu terjadilah gempa besar yang menyebabkan tanah retak dan muncullah air besar yang menenggelamkan seluruh warga setempat.
Desa inilah yang menjadi Danau Tolire besar, sedangkan sang anak gadis yang sempet melarikan diri tetap tenggelam dan berubah menjadi Danau Tolire Kecil yang berjarak kurang lebih 300 Meter dari Danau Tolire besar yang disebut juga Tolire Gam Jaha yang berarti Lubang Kampung Tenggelam.
Terlepas dari benar tidaknya legenda ini. Masyarakat setempat tetap mempercayainya dan menjadikannya sebagai sarana pembelajaran bagi anak cucu warga setempat. Terutama tentang tidak baiknya hubungan cinta sedarah (inses).
Selesai menikmati pisang Goroho, saya dan ci Ling-Ling pun mengitari Danau Tolire. Traveler perlu berhati-hati terutama saat berjalan di pinggiran danau, karena hanya terdapat jalur setapak dan tidak ada pagar pembatas.
Selagi asyik berfoto dan mengambil video, saya melihat plastik yang berisi sisa satu biji batu kecil. Ya memang ada 'tradisi' unik di sini yaitu 'tradisi' lempar batu ke dalam danau. Katanya batu yang kita lempar dengan sekuat apapun tidak akan pernah menyentuh permukaan danau dan kita tidak akan pernah tahu dimana letak jatuhnya. Katanya karena ada kekuatan gaib yang menahannya.
Penasaran saya pun mencoba melempar batu dengan sekuat tenaga. Memang benar tidak terlihat di mana letak jatuhnya batu tersebut. Namun, saya pribadi merasa hal itu sangat wajar karena memang danau ini sangat luas dan pinggirannya dikelilingi pepohonan tebal. Jadi agak sulit untuk bisa melemparnya ke tengah danau. Kalau pun sampai pasti akan tidak terlihat karena letak permukaan danau yang sangat jauh di bawah.
Namun, tradisi tetaplah tradisi yang harus kita jaga dan hormati. Untuk melakukan tradisi lempar batu ini traveler tidak perlu repot mencari batu, karena di sekitar danau ada banyak anak kecil yang menjual satu plastik berisi batu-batu kecil.
Bagaimana, tertarik bukan melihat keindahan danau yang melegenda ini? Untuk pergi ke sini, akses yang paling mudah adalah naik pesawat. Bandara Sultan Baabulloh di Ternate siap menyambut kedatangan traveler.
Tenang untuk pesan tiket sekarang mudah banget kok. Cukup download aplikasi @tiket.com lalu lakukan pemesanan apapun dan #semuaadatiketnya. Wahh siap dong makan pisang Goroho sambil menikmati keindahan Danau Tolire?
Selengkapnya : Klik Disini
Komentar
Posting Komentar