Sejarawan muda bernama Wenri Wanhar melakukan riset kemaritiman, serta menemukan fakta mencengangkan.
Lewat penelusuran ke lapangan dalam kisah yang amatlah panjang, dirinya menemukan bahwa sebetulnya Kerajaan Sriwijaya tak sempat ada.
Hal itu disampaikan Wenri Wanhar dalam dialog yang mengulas rencana kelahiran sepasang buku yang sedang dalam bagian finalisasi, di Candi Kedaton komplek percandian Muarojambi, Minggu (23/9) siang sampai sore.
Penulis bulu berjudul Jejak intel Jepang: kisah pembelotan Tomegoro Yoshizumi mengatakan, Sriwijaya terbukti timbul dalam sejumlah prasasti serta batu bersurat, serta seluruhnya diiringi dengan kata kedatuan serta datuk.
"Sriwijaya terbukti kedatuan, kedaton, sejenis civitas akademika bisa juga perguruan tinggi. Sriwijaya itu tempat orang mengampuh ilmu," papar Wendri pada diskusi yang diadakan oleh AJI Kota Jambi, Seloko Institute, serta Padmasana Foundation.
Wenri mengungkapkan, itu disebabkan karena ilmu yang diperolah di kedaton lumayan luas, maka alumni dari kedaton mendapat julukan sebagai dato, datu, datuk, bisa juga datuak. Dalam bahasa sansekerta mempunyai pengertian yang mulia.
Artinya, alumni kedaton adalah manusia yang mulia yang ilmunya dimajukan selangkah serta seranting ditinggikan.
Wenri Wanhar (kanan) sedang mendengarkan masukan untuk sepasang buku yang bakal diterbitkan, berujudl Sri Buddha Bukan Sriwijaya serta Bangsa Pelaut (TribunJambi/Suang Sitanggang)
Pada diskusi ini juga turut hadir Staf Pakar Menteri Kemaritiman Bidang Sosio-Antropologi, DR Ir Tukul Rameyo MT.
Selain itu dihadiri unsur pemerintahan, akademisi, sejarawan, serta budayawan Jambi, warga di kurang lebih Candi Muarojambi, serta para jurnalis.
Baca kelanjutan kisah ini pada alamat http://jambi.tribunnews.com/2018/09/24/tak-ada-kerajaan-sriwijaya-wenri-wanhar-ungkap-tabir-misteri-seabad.
Penulis: suang
Editor: ekoprasetyo
Komentar
Posting Komentar