Tersimpannya dua panji di rumah H Ja’far Shadiq, pewaris dari generasi ke enam Yuda Lelana, pemuka agama dari Desa Jatuh, Kecamatan Pandawan, Hulu Sungai Tengah, menyebabkan teka teki, bagaimana panji-panji itu dapat berada di Desa Jatuh.
Bermacam spekulasi dan kisah juga bermunculan. Mulai dari kisah berbau mistis dan ghaib, sampai yang dapat dicerna akal.
Bahkan sempat beredar luas jika panji-panji jatuh dari langit, pada malam ke 21 Ramadhan, dan ditemui di kandang dibangunnya masjid, tanah yang tinggi.
Desa yang awalnya bernama Banua Budi, juga diubah namanya menjadi Desa Jatuh. Kenyataannya tak sekian. Tetapi nama kampung Jatuh itupun dipakai hingga kini.
Kisah dari sumber lain tetuha di desa itu menyatakan, dibawa oleh seorang bernama H Said Muhammad Yusuf, bergelar H Batu dari Martapura, Tanah Banjar.
Dia ialah penasehat kerajaan Banjar, yang pulang dari berhaji membawa dua panji sebagai amanah yang mesti disampaikan.
Said M Yusuf diutus seorang syarif di Makkah untuk membawa dua panji itu serta semacam Alquran ke Desa Jatuh (dahulu Desa banua Budi).
Berdasarkan kisah model tetuha lain di desa itu, H Said M Yusuflah yang meletakkan panji dan Alquran di kampung itu, di atas tanah yang tinggi sesuai pesan dari Makkah.
Bermacam spekulasi dan kisah juga bermunculan. Mulai dari kisah berbau mistis dan ghaib, sampai yang dapat dicerna akal.
Bahkan sempat beredar luas jika panji-panji jatuh dari langit, pada malam ke 21 Ramadhan, dan ditemui di kandang dibangunnya masjid, tanah yang tinggi.
Desa yang awalnya bernama Banua Budi, juga diubah namanya menjadi Desa Jatuh. Kenyataannya tak sekian. Tetapi nama kampung Jatuh itupun dipakai hingga kini.
Kisah dari sumber lain tetuha di desa itu menyatakan, dibawa oleh seorang bernama H Said Muhammad Yusuf, bergelar H Batu dari Martapura, Tanah Banjar.
Dia ialah penasehat kerajaan Banjar, yang pulang dari berhaji membawa dua panji sebagai amanah yang mesti disampaikan.
Said M Yusuf diutus seorang syarif di Makkah untuk membawa dua panji itu serta semacam Alquran ke Desa Jatuh (dahulu Desa banua Budi).
Berdasarkan kisah model tetuha lain di desa itu, H Said M Yusuflah yang meletakkan panji dan Alquran di kampung itu, di atas tanah yang tinggi sesuai pesan dari Makkah.
Tanah tinggi itulah yang akhirnya dibanguni masjid yang diberi nama Al A’la (kandang yang tinggi). Diprediksi dibangun pada pertengahan abad ke-17.
Hingga kini, masuk sudah ada warga yang menganggap, bahwa tanah kandang berdirinya bangunan
Hingga kini, masuk sudah ada warga yang menganggap, bahwa tanah kandang berdirinya bangunan
masjid itu seakan makin tinggi, atau bertambah ketinggiannya.
Panji ketauhidan (banjarmasin post group/ hanani)
Kenyataannya, tak sekian faktanya. Ketinggian tanah di bawah bangunan masjid itu tetap saja.
Tetapi, antara pesan lewat panji-panji dan sebuat Alquran yang ditransfer lewat Said M Yusuf, diprediksi pastinya mempunyai keterkaitan historis dengan beridirinya masjid yang sekarang oleh pemrintah ditetapkan sebagai web cagar budaya itu.
(banjarmasinpost.co.id/hanani)
Sumber
Kenyataannya, tak sekian faktanya. Ketinggian tanah di bawah bangunan masjid itu tetap saja.
Tetapi, antara pesan lewat panji-panji dan sebuat Alquran yang ditransfer lewat Said M Yusuf, diprediksi pastinya mempunyai keterkaitan historis dengan beridirinya masjid yang sekarang oleh pemrintah ditetapkan sebagai web cagar budaya itu.
(banjarmasinpost.co.id/hanani)
Sumber
Komentar
Posting Komentar