Keberadaan rumah tua di area perkebunan kopi Assinan, Banaran, Kabupaten Semarang, kerap menghadirkan berbagai kisah misteri. Rumah bergaya arsitektur Belanda yang dulunya ditempati seorang sinder atau kepala perkebunan saat zaman kolonial itu konon sering muncul penampakan hantu wanita cantik yang berpakaian penari ledek.
Konon hantu wanita cantik itu terlihat menari-nari mengelilingi bangunan tua yang usianya lebih dari satu abad tersebut. Sambil menari, hantu wanita cantik itu juga mengeluarkan suara tangisan yang membuat bulu kuduk merinding.
Kisah misteri yang muncul dari rumah sinder di perkebunan kopi Assinan, Bawen, itu rupanya menggungah rasa penasaran komunitas Semarangker. Komunitas penjelajah tempat-tempat angker dari Semarang itu berencana menyambangi rumah angker itu dalam sebuah acara bertajuk Jelajah Bulan Suro pada 29 September mendatang.
Ketua Semarangker, Pamuji, menyebutkan alasan dipilihnya Rumah Sinder Kebun Kopi Assinan, Banaran, Bawen sebagai lokasi jelajah tempat angker di bulan Sura.
“Alasan pastinya ya karena rumah itu kabarnya menyeramkan dan banyak hantunya. Kisah-kisah misteri yang ada di rumah itu mengunggah rasa penasaran kami,” ujar Pamuji kepada Semarangpos.com, Jumat (31/8/2018).
Pria yang akrab disapa Pamerado itu menuturkan Rumah Sinder Kebun Kopi Assinan memang sudah terkenal memiliki segudang kisah misteri. Konon rumah itu dulunya ditempati seorang sinder berkebangsaan Belanda saat masa penjajahan.
Sinder itu memiliki selir cantik yang berprofesi sebagai penari ledek. Suatu ketika, sinder Belanda itu mengetahui penari ledek tersebut berselingkuh dengan pegawainya yang merupakan mandor perkebunan.
Sinder itu pun murka dan memenggal kepala mandor. Tubuh mandor lalu dikubur di belakang rumah, sementara kepalanya ditanam di depan rumah.
Sementara itu, penari ledek yang mengetahui kematian kekasihnya lalu bunuh diri dengan cara gantung diri di salah satu kamar yang terletak di rumah tua tersebut. Sedangkan, sang sinder beberapa tahun kemudian ditemukan meninggal dalam posisi duduk di kursi di ruang tengah rumah itu.
Pamerado menambahkan Jelajah Bulan Suro yang digelar Semarangker bukan bertujuan untuk mencari sensasional atau melihat hantu. Alumnus Universitas Slamet Riyadi (Unisri) Solo itu menyatakan acara yang digelar komunitasnya hanya sebatas wisata malam ke tempat bersejarah, sambil menguak misteri.
Selengkapnya : Klik Disini
Komentar
Posting Komentar