KOMPAS.com - Menguak misteri kehidupan manusia purba melalui petroglif atau ukiran pada batu sangat membantu para ilmuwan. Sayangnya, pemetaan keberadaan ukiran pada batu tersebut belum banyak dilakukan.
Kini, ilmuwan berhasil memetakan beberapa ukiran batu terbesar di berbagai belahan dunia. Petroglif yang diteliti oleh ilmuwan dari University College London tersebut menggambarkan hewan, manusia, dan ritual budaya kuno.
Beberapa ukiran batu tersebut terletak di daerah Atures Rapids, Venezuela barat. Ukiran tersebut diperkirakan berusia 2.000 tahun.
Salah satu panel berukuran 304 meter persegi, berisi setidaknya 93 ukiran individu yang melebar beberapa meter. Bahkan ada ukiran ular bertanduk yang berukuran lebih dari 30 meter.
Dengan menggunakan drone, para peneliti memotret ukiran tersebut. Hal itu dilakukan karena beberapa ukiran berada di daerah yang sulit dijangkau.
Level air yang rendah di sungai Orinoco, Amerika Selatan membuat lebih banyak seni yang bisa diamati. Dr Philip Riris dari Institut Arkeologi UCL, mengatakan daerah tersebut merupakan zona pertemuan atau akulturasi antar etnis, bahasa, dan budaya.
"Motif yang didokumentasikan di sini menampilkan kesamaan dengan beberapa situs ukiran batu lainnya di wilayah tersebut, seperti Brasil, Kolombia, dan banyak lagi," kata Riris dikutip dari Independent, Jumat (8/12/2017).
"Ini adalah salah satu studi mendalam pertama yang menunjukkan tingkat dan kedalaman hubungan budaya ke daerah lain di Amerika Selatan bagian utara pada masa pra-Colombus dan kolonial," kata Riris yang juga menjadai pemimpin penelitian.
Riris juga menambahkan bahwa ukiran tersebut memberi gambaran tentang kehidupan kuno.
"Sementara itu, seni lukis dengan cat dikaitkan terutama dengan ritual pemakaman di daerah terpencil, ukiran ini tertanam dalam kehidupan sehari-hari. Seperti bagaimana orang hidup dan melakukan perjalanan di daerah ini, dengan sumber mata airnya dan ritme naik dan turunnya air sungai. Ukiran yang dibuat setiap individu sangatlah luar biasa," kata Riris.
Ukiran batu dari sungai Orinoco Tengah telah dipelajari sebelumnya. Sayangnya, belum pernah sedetail kali ini.
Temuan yang diterbitkan dalam jurnal Antiquity tersebut memberi peneliti wawasan baru tentang konteks seni dan arkeologi dari seni.
Hampir semua ukiran dipengaruhi oleh naik turunnya permukaan air di Orinoco. Itu berarti ukiran ini bergantung pada hujan di hulu karena ketinggian sungai relatif bervariasi setiap tahunnya.
Dalam petroglif lainnya, gambar pesuling yang dikelilingi oleh tokoh manusia mungkin menggambarkan bagian dari ritual pembaharuan pribumi.
Para peneliti percaya bahwa gambaran semacam itu mungkin bertepatan dengan munculnya musim mengukir dari sungai sebelum musim hujan. Terlebih saat pulau-pulau lebih mudah diakses dan panen sedang berlangsung.
"Proyek kami berfokus pada arkeologi Pulau Cotua dan sekitar Atures Rapids. Bukti arkeologis yang ada menunjukkan adanya interaski antar pedagang dari luar selama dua milenium sebelum penjajahan Eropa," kata Dr Jose Oliver, peneliti utama penelitian ini.
Oliver juga mengatakan tujuan proyek ini adalah untuk lebih memahami interaksi tersebut.
"Pemetaan ukiran batu merupakan langkah besar menuju pemahaman yang lebih baik tentang peran sungai Orinoco dalam menengahi pembentukan jaringan sosial pra-penaklukan di seluruh Amerika Selatan bagian utara," ungkap Oliver.
Komentar
Posting Komentar