Marcelin dan Francine Dumoulin hilang tanpa jejak di wilayah Pegunungan Alpen di Swiss 75 tahun lalu.
Hari itu, 15 Agustus 1942, keduanya pamit untuk memerah sapi-sapi mereka di sebuah padang rumput yang letaknya di atas Desa Chandolin di Kanton Valais, Swiss. Namun, pasangan tersebut tak pernah pulang.
Dalam semalam, tujuh anak mereka -- lima laki-laki dan dua perempuan -- menjadi yatim piatu.
Baru-baru ini gletser yang menyusut menguak jasad beku keduanya. Kabar tersebut mengakhiri misteri hilangnya pasangan Dumoulin.
Kepolisian Kanton Valais mengatakan, dua jasad yang membawa surat-surat identitas telah ditemukan pekan lalu oleh seorang pekerja di gletser Tsanfleuron, tak jauh dari lokasi lift ski yang ada di atas resor Les Diablerets, yang terletak di ketinggian 2.615 meter di atas permukaan laut.
Uji DNA akan dilakukan untuk memastikan identitas mereka.
"Jasad itu berbaring bersisian. Seorang pria dan perempuan yang mengenakan pakaian dari periode Perang Dunia II," kata Bernhard Tschannen, direktur Glacier 3000 --perusahaan yang mengoperasikan kereta gantung dan lift ski, seperti dikutip dari The Guardian, Selasa 18 Juli 2017.
"Mereka terawetkan dengan baik oleh lapisan gletser. Barang-barang bawaan mereka juga relatif utuh."
Bernhard Tschannen menduga, pasangan nahas tersebut jatuh ke dalam jurang di mana jasad mereka berada selama beberapa dekade. "Saat gletser surut, terkuaklah keberadaan mereka," tambah dia.
Kabar penemuan jasad tersebut disambut gembira putri bungsu korban, Marceline Udry- Dumoulin.
"Kami mengabdikan seluruh hidup untuk mencari mereka, tanpa berhenti. Kami selalu berharap bisa menggelar pemakaman yang sepantasnya bagi ayah dan ibu kami," kata perempuan 75 tahun itu kepada harian Lausanne, Le Matin.
"Setelah penantian panjang selama 75 tahun, kabar tersebut memberikan rasa lega yang mendalam bagi saya."
Udry-Dumoulin mengisahkan, pada hari nahas itu, tak biasanya ayah dan ibu mereka pergi berdua ke padang rumput.
Apalagi, Marcelin Dumoulin yang kala itu adalah tukang sepatu berusia 40 tahun dan istrinya Francine (37) yang berprofesi sebagai guru sampai hati meninggalkan anak-anak mereka yang masih kecil.
"Itu adalah kali pertama ibu saya pergi dengan ayah. Dia nyaris selalu dalam kondisi hamil dan tidak sanggup memanjat gletser, "kata Udry-Dumoulin.
Perempuan sepuh itu mengisahkan, setelah kematian orangtua mereka, ia dan saudara sekandungnya harus tinggal terpisah. Mereka diasuh sejumlah keluarga berbeda.
"Saya beruntung bisa tinggal dengan bibi saya. Kami semua hidup di satu wilayah namun, rasanya seperti orang asing."
Udry-Dumoulin menambahkan, setelah identitas dua jasad yang ditemukan terkonfirmasi, pemakaman akan dilakukan segera.
"Saat pemakaman, saya tidak akan memakai pakaian hitam. Menurutku, putih lebih sesuai. Itu adalah warna perlambang harapan-- yang tak pernah hilang dari sanubariku.
Komentar
Posting Komentar