Mungkin ini adalah peristiwa yang sangat langka. Pasalnya, pelaku
pesugihan model ini bisa memamfaatkan ‘ Janin bayi ‘ dari seorang gadis
yang masih perawan. Konon, janin bayi tersebut adalah tumbal awal dari
perjanjian dalam penarikan harta gaib. Meski sudah sering diigatkan
tentang akibatnya jika menjalani pesugihan, namun para pelaku sepertinya
sudah buta mata dan buta mata hati.
Memang benar yang sering dikatakan banyak orang, bahwa apapun bentuk dan tujuannya, bersekutu dengan makhluk halus akan banyak ruginya daripada untungnya. Banyak faktor menjadi penyebab kenekatan seseorang melakukan persekutuan dengan makhluk halus dalam upaya memperkaya diri secara instan.
Padahal nyata-nyata telah di mengerti jika hal itu dikutuk oleh agama apapun. Alasan yang mereka kemukakan terkesan klise, yaitu terhimpit faktor ekonomi. Disamping itu, mereka juga merasa iri dengan keberadaan masyarakat di sekitarnya yang hidup bergelimang harta.
Dalam kaca mata islam, yang diyakini mampu menjadi rambu pencegah kenekatan melakukan persekutuan gaib demi terpuaskan urusan duniawi, sudah sering didengungkan dalam segala bentuk dan syiar. Akan tetapi kenyatannya, justru hal tersebut banyak dipalingkan oleh sebagian orang. Kadang juga dijadikan topeng semata agar bisa menutupi perbuatan kotor tersebut.
Tragisnya demi hal itu pengorbanan yang dipersembahkan yang biasa diminta adalah nyawa manusia anehnya juga mampu terpenuhi. Tidak perduli diri sendiri, istri, anak atau orang lain yang masih ada hubungan sedarah. Sungguh tidak manusiawi, karena kenyataan ini tak beda dengan tindakan kejahatan pembunuhan yang terselubung. Sayangnya untuk mengungkap pembuktiannya susah didapat. Pasalnya modus kejahatan yang terjadi dalam bungkus alam tidak kasat mata, pembuktian secara hukum sangatlah lemah.
Persaingan tak kunjung selesai.
Keras dan penuh persaingan ketat. Itulah yang dialami Kusmayadi, warga kabupaten Karawang, Jawa barat, tentang kondisi kehidupannya akhir-akhir ini. Pria berusia 41 tahun itu kini hanya bisa menyesali hasil perbuatannya setelah harta yang paling berharga melayang sia-sia.
Bahkan kerasnya kehidupan nyaris membuat pria kelahiran 10 Oktober 1975 itu frustasi. Kusmayadi baru benar-benar menyadari keras dan ketatnya kehidupan, setelah lebih dari dua tahun kesulitan mendapatkan pekerjaan. Sebenarnya sudah berusaha mencari jalan tersebut. Akan tetapi keberuntungan belum mau menyapa dirinya yang sudah putus asa.
Termasuk rela meninggalkan kampung halaman untuk mengembara ke kota-kota besar. Berbagai macam perusahaan, baik yang berskala besar ataupun kecil, telah didatangi. Namun semuanya tidak membuahkan hasil. Padahal kala itu, perusahaan yang didatanginya banyak yang sedang membutuhkan karyawan.
Tetapi dengan berbagai alasan, lamarannya selalu ditolak.
Menghadapi kenyataan seperti itu, akhirnya Kusmayadi memutuskan kembali ke kampung halaman. Bahkan disana, sebagian besar hari-harinya, dia isi dengan mencangkul (menggarap) sawah orang lain atau menjadi kuli bangunan. Yang penting, hari itu bisa membawa hasil, meskipun tidak seperti yang diharapkan istrinya yang menunggu di rumah.
Kira-kira setengah tahun tinggal di desa, Kusmayadi merasakan sangat prihatin dengan keadaan perekonomian keluarga. Karena itu, pria berkulit gelap itu kemudian memutuskan untuk bekerja pada salah seorang tetangganya, “ Meski hanya bekerja di home industry (rumahan) , namun saya merasa senang karena bisa membuat dapur saya ngebul (bisa masak), “ ujar putra ke dua dari tiga bersaudara itu.
Selama bekerja di perusahaan yang bergerak di bidang frinting atau sablon kaos dan percetakan itu, etos dan cara kerja yang dia tunjukan mampu membuat kagum pemiliknya. Hingga akhirnya, diapun dipercaya sebagai kepala bagian di Cv tersebut.
Namun, kenaikan jabatan tersebut tak secara otomatis membuatnya merasa senang dalam menjalani pekerjaannya. Tetapi justru sebaliknya. Berbagai cobaan menghantam dirinya sehingga mengusik konsentrasi kerja. Cobaan paling berat, datang dari rekan-rekan sekerja yang iri atas pengangkatan dirinya sebagai kepala bagian.
Dengan berbagai cara, kelompok pekerja tersebut berusaha merusak hubungan baik Kusmayadi dengan sang majikan. Namun, meski isyu dan fitnah telah dihembuskan, kepercayaan sang majikan kepadanya, tak kunjung luntur. Hal itu tentu saja semakin meningkatkan kegeraman mereka.
Hingga akhirnya diantara mereka ada yang menggunakan cara-cara mistik. Hal itu baru disadarinya, setelah Kusmayadi menemukan beragam macam benda aneh seperti paku, silet, beling, boneka kecil hingga kendi air yang di isi garam dan cengek (Lombok) tergeletak di depan pintu rumahnya. Untungnya serangan-serangan gaib tersebut tak sampai mencelakakan Kusmayadi dan Sopiah, istrinya.
Menyadari persaingan semakin tak sehat, pria berwatak kalem itu mencoba mengajak berdamai para pekerja yang tak senang padanya. Akan tetapi dari langkah-langkah tersebut, dia tak menemukan jawaban.
Sehingga akhirnya, dia sendiri yang mengalah dengan memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaan tersebut. Tentunya, hal itu dia lakukan secara baik-baik kepada sang majikan. “ Sebenarnya bos saya itu keberatan jika saya ke luar. Tapi, mau bagaimana lagi ? Jika teman sekerja sudah tidak menghendaki kehadiran saya, “ terang Kusmayadi dengan rendah diri.
Semenjak keluar dari Cv itu, Kusmayadi kembali pada aktifitas semula, yakni menggarap sawah milik orang lain. Atau tidak jarang pula, jika kepepet dia rela menarik becak yang sedang nganggur milik tetangganya. Lelaki asal Loji Pangkalan itu, tidak mau memperlihatkan kekurangan dihadapan sang istri yang sangat dia cintai. Dia benar-benar mempertanggung jawabkan tekatnya yang sudah memilih Sopiah, sebagai istri.
Sampai kemudian pada suatu hari, tanpa di duga, pada saat dirinya sedang ngetem (nunggu penumpang) di prapatan Tanjung pura, Kusmayadi dihampiri sebuah mobil keren. Awalnya, dia mengira penumpang sedan berwarna metal itu sedang kesasar atau akan menanyakan sebuah alamat. Namun, setelah melihat siapa yang turun dan menghampirinya, Kusmayadi menjadi terkesiap, kaget.
Pasalnya, pria ganteng dengan pakaian yang perlente itu tidak lain adalah temannya semasa kecil, yang lama meninggalkan Karawang. Hendro, demikian nama pria pemilik sedan itu. Masih diingat saat pergi pamit, Hendro masih dalam kondisi serba kekurangan.
Bahkan untuk ongkos pergi merantau saja harus meminjam uang dan perhiasan emas pada Kusmayadi. Maka tidak aneh, jika pertemuannnya saat di prapatan terminal Tanjung pura itu, begitu terlihat sangat.. ..sangatlah akrab, bak dua saudara yang lama tidak bertemu. Dikatakan Hendro, bahwa dirinya pulang ke Karawang hanya untuk mengunjungi keluarganya yang telah lama dia tinggalkan.
Setelah bosan berbincang ngalor-ngidul tentang kenang-kenangan waktu itu, Hendro menjadi prihatin atas keberadaan teman akrabnya ini. Meski awalnya, agak berat untuk mengungkapkan, tetapi akhirnya dia memberanikan diri untuk mengajak Kusmayadi keluar dari kemiskinan. Dirinya begitu prihatin menyaksikan kondisi temannya yang terpuruk. Awalnya Kusmayadi sedikit risih ketika Hendro cerita jika keberhasilannya itu adalah hasil kerjanya yang dibantu oleh seorang paranormal. Dikatakan Hendro, bahwa keberhasilannya itu hanya bermodalkan mencari seorang gadis perawan tetapi sudah hamil diluar nikah.
Ditambahkan, janin bayi dari perut gadis perawan itulah yang akan menghasilkan banyak uang. Dan, Kusmayadi hanya cukup memberi sumbangan tali kasih pada gadis itu dengan nilai nominal sepadan (lima juta rupiah). Mendengar nilai yang disebutkan, Kusmayadi sampai tersentak, batinnya berkutat, jangankan uang jutaan, buat makan sehari-hari saja sulitnya minta ampun.
“ Ya, kamu jangan melihat dari berapa besar uang yang akan kamu keluarkan, tetapi kamu harus lihat hasilnya nanti, uang milyaran bakal kamu terima, “ tegas Hendro, memberi penjelasan, ketika Kusmayadi kebingungan.
Mendapat tawaran demikian, Kusmayadi tak langsung memberikan jawaban. Dirinya memilih mempertimbangkannya lebih dulu. Hal itu ia lakukan karena memang sebelumnya, dia termasuk orang yang anti dengan hal-hal berbau mistik. Soal uang, pikirnya bisa saja dia pinjam pada seseorang atau pada Hendro, toh sebelum dia sukses, dia juga yang pernah membantunya.
Setelah berpikir keras, akhirnya Kusmayadi memutuskan untuk membicarakannya terlebih dahulu dengan Sopiah, istrinya. Jika memang hal itu jalan satu-satunya, mungkin saja dia bisa menghubungi Hendro kembali.
Sang istri ngotot minta ijin.
Kusmayadi sebenarnya cukup tegar, menghadapi hidupnya yang serba pas-pasan. Sebagai manusia biasa, dia memang mengharapkan hidup yang lebih baik dalam segi ekonomi. Namun dia masih bisa berpikiran sehat, dengan tidak melakukan cara-cara konyol dan sesat. Kusmayadi lebih memilih berusaha tak kenal lelah dengan memafaatkan keampuan dirinya. Jika akhirnya dia menjadi pelaku pesugihan, itu lebih dikarenakan Sopiah yang tak siap mental menghadapi keadaan tersebut.
Tapi sesungguhnya, Sopiah adalah wanita berhati baik. Hanya saja, ia yang berasal dari keluarga bergelimang harta tak biasa untuk hidup dalam kemiskinan. Apa lagi, dia sendiri yang dulu ngotot memilih Sopiah menjadi istrinya, meski ditentang mati-matian oleh orang tua dan saudara-saudaranya. Makin hari, kondisi mental Sopiah kian parah. Meski tak perah berani marah pada Kusmayadi,namun hampir setiap hari ia mengeluhkan kondisi hidup mereka. Kusmayadi sendiri sebenarnya cukup bisa memaklumi sikapnya. Dalam hati kecil, dia juga ingin membahagiakannya dari sisi materi. Tapi apa lacur, kondisi mental istrinya benar-benar parah.
Hingga pada suatu malam, ketika Kusmayadi menceritakan tentang pertemuannya dengan Hendro bahkan teman semasa kecilnya itu akan membantu mengangkat derajat hidupnya agar keluar dari kemiskinan, Sopiah langsung menanggapi dengan serius. Bahkan tanpa terduga, istrinya mencetuskan usulan gila yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.
Dengan sangat hati-hati, sang istri meminta suaminya untuk menerima tawaran temannya itu, untuk mencari kekayaan lewat jalur pesugihan. Yang membuat Kusmayadi terheran-heran, manakala istrinya memutuskan sendiri untuk pergi ke jawa tengah, jika Kusmayadi tidak menyetujuinya. Dan yang membuat Kusmayadi semakin salah sikap, Sopiah terus merengek agar suaminya bersedia memenuhi keinginannya itu. Resiko yang dijelaskan jika menjalani pesugihan itu, juga tak cukup ampuh untuk meredam keinginanya. Bahkan ia mengatakan bersedia jika harus menjadi tumbal dari pesugihan tersebut.
Hingga dua minggu berselang, Kusmayadi masih mampu bertahan untuk tidak menyetujui gagasan istrinya. Tentunya dengan alasan, bahwa Hendro, belum menghubungi dirinya. Akan tetapi, ketika istrinya akan ke jawa tengah bersama Hendro, Kusmayadipun tak berdaya menghindar lagi. Bagaimana pun dia masih menyayanginya. Dia tidak tega jika istrinya berbuat yang tidak-tidak.
Hingga pada suatu hari, setelah Kusmayadi memanggil Hendro dan menyetujui tawaran temannya itu, selepas maghrib, mereka berkumpul di rumah Kusmayadi. Namun kali ini Hendro datang tidak sendiri, tetapi membawa pula seorang laki-laki yang usianya lebih tua darinya. Pria berwajah dingin itu, memperkenalkan diri dengan nama pak Guguh. Kusmayadi tidak begitu jelas, apa maksud Hendro membawa lelaki yang tak dikenalnya itu dalam perjalanan mereka. Kusmayadi dan istrinyapun tak mau tahu urusan orang tersebut. Yang jelas, begitu semua persyaratan ritual dan perlengkapan segala kebutuhan selama perjalanan telah dipersiapkan, keempatnya berangkat menuju jawa tengah.
Memang benar yang sering dikatakan banyak orang, bahwa apapun bentuk dan tujuannya, bersekutu dengan makhluk halus akan banyak ruginya daripada untungnya. Banyak faktor menjadi penyebab kenekatan seseorang melakukan persekutuan dengan makhluk halus dalam upaya memperkaya diri secara instan.
Padahal nyata-nyata telah di mengerti jika hal itu dikutuk oleh agama apapun. Alasan yang mereka kemukakan terkesan klise, yaitu terhimpit faktor ekonomi. Disamping itu, mereka juga merasa iri dengan keberadaan masyarakat di sekitarnya yang hidup bergelimang harta.
Dalam kaca mata islam, yang diyakini mampu menjadi rambu pencegah kenekatan melakukan persekutuan gaib demi terpuaskan urusan duniawi, sudah sering didengungkan dalam segala bentuk dan syiar. Akan tetapi kenyatannya, justru hal tersebut banyak dipalingkan oleh sebagian orang. Kadang juga dijadikan topeng semata agar bisa menutupi perbuatan kotor tersebut.
Tragisnya demi hal itu pengorbanan yang dipersembahkan yang biasa diminta adalah nyawa manusia anehnya juga mampu terpenuhi. Tidak perduli diri sendiri, istri, anak atau orang lain yang masih ada hubungan sedarah. Sungguh tidak manusiawi, karena kenyataan ini tak beda dengan tindakan kejahatan pembunuhan yang terselubung. Sayangnya untuk mengungkap pembuktiannya susah didapat. Pasalnya modus kejahatan yang terjadi dalam bungkus alam tidak kasat mata, pembuktian secara hukum sangatlah lemah.
Persaingan tak kunjung selesai.
Keras dan penuh persaingan ketat. Itulah yang dialami Kusmayadi, warga kabupaten Karawang, Jawa barat, tentang kondisi kehidupannya akhir-akhir ini. Pria berusia 41 tahun itu kini hanya bisa menyesali hasil perbuatannya setelah harta yang paling berharga melayang sia-sia.
Bahkan kerasnya kehidupan nyaris membuat pria kelahiran 10 Oktober 1975 itu frustasi. Kusmayadi baru benar-benar menyadari keras dan ketatnya kehidupan, setelah lebih dari dua tahun kesulitan mendapatkan pekerjaan. Sebenarnya sudah berusaha mencari jalan tersebut. Akan tetapi keberuntungan belum mau menyapa dirinya yang sudah putus asa.
Termasuk rela meninggalkan kampung halaman untuk mengembara ke kota-kota besar. Berbagai macam perusahaan, baik yang berskala besar ataupun kecil, telah didatangi. Namun semuanya tidak membuahkan hasil. Padahal kala itu, perusahaan yang didatanginya banyak yang sedang membutuhkan karyawan.
Tetapi dengan berbagai alasan, lamarannya selalu ditolak.
Menghadapi kenyataan seperti itu, akhirnya Kusmayadi memutuskan kembali ke kampung halaman. Bahkan disana, sebagian besar hari-harinya, dia isi dengan mencangkul (menggarap) sawah orang lain atau menjadi kuli bangunan. Yang penting, hari itu bisa membawa hasil, meskipun tidak seperti yang diharapkan istrinya yang menunggu di rumah.
Kira-kira setengah tahun tinggal di desa, Kusmayadi merasakan sangat prihatin dengan keadaan perekonomian keluarga. Karena itu, pria berkulit gelap itu kemudian memutuskan untuk bekerja pada salah seorang tetangganya, “ Meski hanya bekerja di home industry (rumahan) , namun saya merasa senang karena bisa membuat dapur saya ngebul (bisa masak), “ ujar putra ke dua dari tiga bersaudara itu.
Selama bekerja di perusahaan yang bergerak di bidang frinting atau sablon kaos dan percetakan itu, etos dan cara kerja yang dia tunjukan mampu membuat kagum pemiliknya. Hingga akhirnya, diapun dipercaya sebagai kepala bagian di Cv tersebut.
Namun, kenaikan jabatan tersebut tak secara otomatis membuatnya merasa senang dalam menjalani pekerjaannya. Tetapi justru sebaliknya. Berbagai cobaan menghantam dirinya sehingga mengusik konsentrasi kerja. Cobaan paling berat, datang dari rekan-rekan sekerja yang iri atas pengangkatan dirinya sebagai kepala bagian.
Dengan berbagai cara, kelompok pekerja tersebut berusaha merusak hubungan baik Kusmayadi dengan sang majikan. Namun, meski isyu dan fitnah telah dihembuskan, kepercayaan sang majikan kepadanya, tak kunjung luntur. Hal itu tentu saja semakin meningkatkan kegeraman mereka.
Hingga akhirnya diantara mereka ada yang menggunakan cara-cara mistik. Hal itu baru disadarinya, setelah Kusmayadi menemukan beragam macam benda aneh seperti paku, silet, beling, boneka kecil hingga kendi air yang di isi garam dan cengek (Lombok) tergeletak di depan pintu rumahnya. Untungnya serangan-serangan gaib tersebut tak sampai mencelakakan Kusmayadi dan Sopiah, istrinya.
Menyadari persaingan semakin tak sehat, pria berwatak kalem itu mencoba mengajak berdamai para pekerja yang tak senang padanya. Akan tetapi dari langkah-langkah tersebut, dia tak menemukan jawaban.
Sehingga akhirnya, dia sendiri yang mengalah dengan memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaan tersebut. Tentunya, hal itu dia lakukan secara baik-baik kepada sang majikan. “ Sebenarnya bos saya itu keberatan jika saya ke luar. Tapi, mau bagaimana lagi ? Jika teman sekerja sudah tidak menghendaki kehadiran saya, “ terang Kusmayadi dengan rendah diri.
Semenjak keluar dari Cv itu, Kusmayadi kembali pada aktifitas semula, yakni menggarap sawah milik orang lain. Atau tidak jarang pula, jika kepepet dia rela menarik becak yang sedang nganggur milik tetangganya. Lelaki asal Loji Pangkalan itu, tidak mau memperlihatkan kekurangan dihadapan sang istri yang sangat dia cintai. Dia benar-benar mempertanggung jawabkan tekatnya yang sudah memilih Sopiah, sebagai istri.
Sampai kemudian pada suatu hari, tanpa di duga, pada saat dirinya sedang ngetem (nunggu penumpang) di prapatan Tanjung pura, Kusmayadi dihampiri sebuah mobil keren. Awalnya, dia mengira penumpang sedan berwarna metal itu sedang kesasar atau akan menanyakan sebuah alamat. Namun, setelah melihat siapa yang turun dan menghampirinya, Kusmayadi menjadi terkesiap, kaget.
Pasalnya, pria ganteng dengan pakaian yang perlente itu tidak lain adalah temannya semasa kecil, yang lama meninggalkan Karawang. Hendro, demikian nama pria pemilik sedan itu. Masih diingat saat pergi pamit, Hendro masih dalam kondisi serba kekurangan.
Bahkan untuk ongkos pergi merantau saja harus meminjam uang dan perhiasan emas pada Kusmayadi. Maka tidak aneh, jika pertemuannnya saat di prapatan terminal Tanjung pura itu, begitu terlihat sangat.. ..sangatlah akrab, bak dua saudara yang lama tidak bertemu. Dikatakan Hendro, bahwa dirinya pulang ke Karawang hanya untuk mengunjungi keluarganya yang telah lama dia tinggalkan.
Setelah bosan berbincang ngalor-ngidul tentang kenang-kenangan waktu itu, Hendro menjadi prihatin atas keberadaan teman akrabnya ini. Meski awalnya, agak berat untuk mengungkapkan, tetapi akhirnya dia memberanikan diri untuk mengajak Kusmayadi keluar dari kemiskinan. Dirinya begitu prihatin menyaksikan kondisi temannya yang terpuruk. Awalnya Kusmayadi sedikit risih ketika Hendro cerita jika keberhasilannya itu adalah hasil kerjanya yang dibantu oleh seorang paranormal. Dikatakan Hendro, bahwa keberhasilannya itu hanya bermodalkan mencari seorang gadis perawan tetapi sudah hamil diluar nikah.
Ditambahkan, janin bayi dari perut gadis perawan itulah yang akan menghasilkan banyak uang. Dan, Kusmayadi hanya cukup memberi sumbangan tali kasih pada gadis itu dengan nilai nominal sepadan (lima juta rupiah). Mendengar nilai yang disebutkan, Kusmayadi sampai tersentak, batinnya berkutat, jangankan uang jutaan, buat makan sehari-hari saja sulitnya minta ampun.
“ Ya, kamu jangan melihat dari berapa besar uang yang akan kamu keluarkan, tetapi kamu harus lihat hasilnya nanti, uang milyaran bakal kamu terima, “ tegas Hendro, memberi penjelasan, ketika Kusmayadi kebingungan.
Mendapat tawaran demikian, Kusmayadi tak langsung memberikan jawaban. Dirinya memilih mempertimbangkannya lebih dulu. Hal itu ia lakukan karena memang sebelumnya, dia termasuk orang yang anti dengan hal-hal berbau mistik. Soal uang, pikirnya bisa saja dia pinjam pada seseorang atau pada Hendro, toh sebelum dia sukses, dia juga yang pernah membantunya.
Setelah berpikir keras, akhirnya Kusmayadi memutuskan untuk membicarakannya terlebih dahulu dengan Sopiah, istrinya. Jika memang hal itu jalan satu-satunya, mungkin saja dia bisa menghubungi Hendro kembali.
Sang istri ngotot minta ijin.
Kusmayadi sebenarnya cukup tegar, menghadapi hidupnya yang serba pas-pasan. Sebagai manusia biasa, dia memang mengharapkan hidup yang lebih baik dalam segi ekonomi. Namun dia masih bisa berpikiran sehat, dengan tidak melakukan cara-cara konyol dan sesat. Kusmayadi lebih memilih berusaha tak kenal lelah dengan memafaatkan keampuan dirinya. Jika akhirnya dia menjadi pelaku pesugihan, itu lebih dikarenakan Sopiah yang tak siap mental menghadapi keadaan tersebut.
Tapi sesungguhnya, Sopiah adalah wanita berhati baik. Hanya saja, ia yang berasal dari keluarga bergelimang harta tak biasa untuk hidup dalam kemiskinan. Apa lagi, dia sendiri yang dulu ngotot memilih Sopiah menjadi istrinya, meski ditentang mati-matian oleh orang tua dan saudara-saudaranya. Makin hari, kondisi mental Sopiah kian parah. Meski tak perah berani marah pada Kusmayadi,namun hampir setiap hari ia mengeluhkan kondisi hidup mereka. Kusmayadi sendiri sebenarnya cukup bisa memaklumi sikapnya. Dalam hati kecil, dia juga ingin membahagiakannya dari sisi materi. Tapi apa lacur, kondisi mental istrinya benar-benar parah.
Hingga pada suatu malam, ketika Kusmayadi menceritakan tentang pertemuannya dengan Hendro bahkan teman semasa kecilnya itu akan membantu mengangkat derajat hidupnya agar keluar dari kemiskinan, Sopiah langsung menanggapi dengan serius. Bahkan tanpa terduga, istrinya mencetuskan usulan gila yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.
Dengan sangat hati-hati, sang istri meminta suaminya untuk menerima tawaran temannya itu, untuk mencari kekayaan lewat jalur pesugihan. Yang membuat Kusmayadi terheran-heran, manakala istrinya memutuskan sendiri untuk pergi ke jawa tengah, jika Kusmayadi tidak menyetujuinya. Dan yang membuat Kusmayadi semakin salah sikap, Sopiah terus merengek agar suaminya bersedia memenuhi keinginannya itu. Resiko yang dijelaskan jika menjalani pesugihan itu, juga tak cukup ampuh untuk meredam keinginanya. Bahkan ia mengatakan bersedia jika harus menjadi tumbal dari pesugihan tersebut.
Hingga dua minggu berselang, Kusmayadi masih mampu bertahan untuk tidak menyetujui gagasan istrinya. Tentunya dengan alasan, bahwa Hendro, belum menghubungi dirinya. Akan tetapi, ketika istrinya akan ke jawa tengah bersama Hendro, Kusmayadipun tak berdaya menghindar lagi. Bagaimana pun dia masih menyayanginya. Dia tidak tega jika istrinya berbuat yang tidak-tidak.
Hingga pada suatu hari, setelah Kusmayadi memanggil Hendro dan menyetujui tawaran temannya itu, selepas maghrib, mereka berkumpul di rumah Kusmayadi. Namun kali ini Hendro datang tidak sendiri, tetapi membawa pula seorang laki-laki yang usianya lebih tua darinya. Pria berwajah dingin itu, memperkenalkan diri dengan nama pak Guguh. Kusmayadi tidak begitu jelas, apa maksud Hendro membawa lelaki yang tak dikenalnya itu dalam perjalanan mereka. Kusmayadi dan istrinyapun tak mau tahu urusan orang tersebut. Yang jelas, begitu semua persyaratan ritual dan perlengkapan segala kebutuhan selama perjalanan telah dipersiapkan, keempatnya berangkat menuju jawa tengah.
Komentar
Posting Komentar