BELANJA


Wew..Seram, Abang Becak Diajak Bulan Madu 7 Malam Oleh Hantu Cantik



ilustrasiRiau24.com , Pekanbaru- Kota Stabat, Ibu Kota Kabupaten Langkat, Sumut, di penghujung bulan Mei lalu, terlihat sangat sepi. Kendaraaan roda dua dan roda empat yang biasanya hilir mudik melintas di tengah kota, malam itu tidak kelihatan. Sejak senja hingga larut malam, gerimis memang turun membasahi jalan raya. Mungkin karena itu warga kota dan warga yang tinggal di pinggiran kota memilih tetap tinggal di rumah.

Disadur dari laman duniaseran.bloksport.com, Di tengah gerimis berselimut udara dingin menggigit sum-sum, para pedagang di pasar kaget terlihat duduk menemani beberapa orang pengunjung warungnya. Biasanya, di saat udara cerah, para pedagang itu tidak punya waktu berbincang-bincang dengan pengunjung warungnya. Mereka sibuk melayani pengunjung warung yang datang dan pergi silih berganti. Namun kali ini suasananya menjadi lain. Mereka nampak larut dalam perbincangan.

Malam itu, menurut penanggalan Jawa, adalah malam Jum'at Kliwon. Malam yang diyakini angker, karena sering terjadi peristiwa misteri dan irasional. Namun, di zaman sekarang malam keramat itu sudah dianggap tidak lagi menakutkkan. Lihat saja, kendati gerimis masih turun, para abang-abang becak tetap mencari sewa tanpa memperdulikan keangkeran malam Jum'at Kliwon.

Salah satu dari penarik becak bermotor itu adalah Karto. Meskipun malam Jum'at Kliwon dan hujan gerimis tidak juga berhenti, dia tetap mencari sewa. Karto bersama beberapa orang temannya mangkal di simpang kompleks Kantor Bupati Langkat. Mereka duduk di warung sambil menunggu sewa yang turun dari bus jurusan Banda Aceh-Medan.

Segelas kopi hangat yang Karto minum tidak dapat mengusir udara dingin. Meskipun jaket sampai dua lapis membalut tubuh, angin malam dapat menembus hingga ke sumsum tulang.

Malam baru pukul 23 lewat 15 menit. Kota Stabat yang biasanya ramai menjadi sunyi seperti kota mati. Karto tetap setia menanti calon penumpang becak bermotornya. Sebuah bus jurusan Banda Aceh-Medan berhenti. Seorang perempuan memakai baju kuning turun dari atas bus yang basah kuyup diguyur hujan itu.

Sambil menenteng payung di tangannya, wanita berbaju kuning gading itu berdiri di pinggir jalan, menanti kendaraan yang lewat. Dia melambaikan tangan kanannya ke arah Karto. Bergegas Karto menghidupkan becak bermotornya. Dan segera menghampiri si wanita. Dalam hati Karto kegirangan, sebab jarang sekali dia dapat sewa perempuan cantik seperti malam ini.

"Becak, Bang!" Ujar perempuan itu dengan suara lembut.

Karto sempat menyahut, sebab mulutnya seperti terkunci melihat betapa cantik si perempuan calon penumpangnya itu. Sang Dewi pun segera naik ke atas becak.

Darah Karto tersirap ke ubun-ubun, sebab secara tak sengaja rok pendek yang dipakai perempuan itu tersingkap, sehingga terlihat pahanya yang putih mulus. Berulang kali Karto harus menelan air liurnya.

"Kemana tujuannya, Dik?" Tanyanya sambil menehan gejolak dalam dada.

"Ke Desa Ulat Berayun," jawab si wanita.

Karto segera tancap gas menuju alamat yang disebutkan. Tapi anehnya, baru sekitar 15 menit Karto memacu betor (becak motor)-nya, tiba-tiba dia merasa berada di tempat yang sangat asing baginya. Ya, Karto seperti memasuki kota metropolitan yang sangat megah. Kendaraan mewah hilir mudik dan perempuan-perempuan cantik keluar masuk plaza. Seingat Karto, tidak ada plaza-plaza yang mewah seperti itu, bahkan mobil-mobil yang hilir mudik juga sepertinya sangat asing di matanya.

"Rumahnya masih jauh, Dik?" Tanyanya sambil terus memikirkan keganjilan yang dihadapinya..

"Di ujung jalan sana, Bang!" Jawa si gadis dengan suara lembut dan manja, yang perlahan namun pasti seperti membius Karto.

"Berhenti di sini, Bang!" cetusnya lagi.

Karto menghentikan becak motornya di depan rumah megah bagaikan sebuah istana. Halamannya luas ditumbuhi rumput hijau dan bunga aneka warna. Bagian teras rumah itu dihiasi lampu kristal yang sangat wah.

"Singgah ya, Bang, nanti aku buatkan minuman badrek susu," ajak gadis itu ramah.

Karto tidak dapat menolak ajakan itu, sebab si gadis telah bergayut mesra di pundaknya. Kebetulan, udara dingin begini meminum bandrek susu pasti dapat menghangatkan badan.

Tak lama kemudian, pintu depan rumah nan megah itu terbuka. Karto dipersilahkan duduk di ruang tamu yang tertata sangat artistic, sehingga membuat terus terbengong-bengong. Perabotan rumah tangga di dalam ruangan tamu itu seluruhnya terbuat dari kayu jati yang ukirannya sangat indah.

"Duduk sebentar ya, Bang, aku ke dapur menyiapkan minuman buat Abang," kata si gadis. Suaranya sangat lembut dan manja.

Karto hanya bisa mengangguk. Dia terus terkagum-kagum melihat perabotan dalam rumah serba mewah dan megah itu. ìPastilah gadis ini anak orang kaya, karena rumahnya saja bagaikan istana raja.

"Malam ini Abang menginap di rumahku saja ya? Aku takut sendirian di rumah Bang!" Rengeknya manja.

"Kedua orangtuamu kemana?" Tanya Karto, agak gugup.

"Sudah meninggal dunia, Bang. Ayah meninggal akibat kecelakaan lalu lintas, dan ibuku meninggal bunuh diri," cerita si gadis.

Akhir cerita, Situkang becak ini larut dalam memadu kasih dengan wanita cantik yang dia tidak sadari bahwa, wanita yang iya gauli ini adalah jelmaan hantu kuntilanak.

Komentar